Addicted to Weblog:
Kisah Perempuan dalam Dua Dunia
Labibah Zain
ed. 1 - Jakarta
Pustaka Populer Obor, 2005
xiv +196 hlm. 11 x 17 cm
Kata Pengantar: Maman S Mahayana
"Kepribadian seseorang di internet bisa jadi dapat dilihat dari cara dia berinteraksi dengan orang lain di dunia cyber lewat tulisan-tulisan dia di blog, cara dia berdialog di chatting room, cara dia berkomentar terhadap tulisan-tulisan orang lain dan cara dia menyapa di shoutbox. Tetapi cara berinteraksi yang demikianpun belum tentu menggambarkan kepribadian asli para netter. Karena tak jarang di kehidupan maya ini, ada orang-orang tertentu yang menciptakan karakter tersendiri yang tidak sesuai dengan bentuk asli mereka . Lelaki mengaku perempuan, perempuan mengaku lelaki, emak-emak mengaku perawan, perawan mengaku emak-emak, om om mengaku berusia belasan, wajah biasa biasa saja mengaku serupawan Dian Sastro dan Delon, biasa naik bemo mengaku naik limo atau malah sebaliknya biasa naik BMW tetapi mengaku kere".
..............
Inilah sebagian kisah yang ada di buku kumpulan cerpen saya! Dan juga cerita-cerita yang menjadikan Perempuan sebagai Tokoh Centralnya baik di dalam menghadapi Teknologi , cinta, rumah tangga maupun tradisi.

Ada 8 kumpulan cerpen disini. Ada yang sudah pernah di muat di Koran REPUBLIKA.
1. Addicted to Weblog (Kisah Perempuan dalam Dua Dunia)
2. Perempuan dan Lelaki maya
3. Perempuan dalam Kegelapan
4. Perempuan itu Bernama Sinta
5. Perempuan dalam Dua Etalase
6. Perempuan, 17 Tahun
7. Perempuan di Sudut Taman
8. Perempuan Pengusung Tradisi
 
Labibah Zain, pendiri komunitas weblogger Indonesia BLOGFAM . Staf pengajar di jurusan Ilmu perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini adalah pemilik weblog Serambi Rumah Kita. Semasa kuliah S1, dia aktif menjadi pendengar setia diskusi sastra yang digelar oleh Studi Apresiasi Sastra Yogyakarta dan juga aktif di dunia Teater. Bersama dengan Teater ESKA, Sanggar Salahuddin, Teater Jiwa, Teater Titian dan Teater Burdah, dia memainkan drama Lautan Jilbab 1 dan 2, Keluarga Sakinah, Perahu Retak, Dajjal, Monumen Keadilan, Thengul, Rintrik, Wahsyi Pembunuh Singa Padang Pasir, Burdah ke berbagai kota di Indonesia. Dia juga menulis Puisi dan cerpen.Puisi pertamanya di muat di majalah Sahabat ketika dia masih kanak-kanak. Di sekolah menengah, dia menjurai lomba mengarang tingkat kotamadya selama dua tahun berturut-turut. Puisinya juga ada di di antologi cyber sastra taun 2001. Tulisan-tulisannya baik berupa cerpen atau essay ada di antologi bersama Menyisir Rindu (Cakarawala Publishing, 2005), The Real Dezparate Housewives (LPPH, 2005)dan Suami Impian (LPPH, 2006) , dan juga di muat di Surat kabar2 lokal maupun nasional ; Republika, Batam Pos, Kompas, Majalah sastra Horison, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Pikiraan Rakyat dan Riau Pos. Antologi cerpen tunggalnya Addicted to Weblog (Pustaka Populer Obor 2005) ini merupakan kumpulan cerpen tunggal pertamanya. Ditemani suaminya, Aly D Musyrifa (penyair anggota Quebec Writers Federation dan juga jebolan Pemain Teater ESKA) serta ketiga anaknya, Akyasa Adiba, Danial Ahmad Allaudzai dan Zirak Ahmad Mubarak, Labibah Sekarang tinggal di Montreal dalam rangka menyelesaikan kuliah S3 nya di Mcgill University.
 
.............. Ketenangan suasana dalam bangunan ceritanya dan kesabarannya bertutur dengan niat hendak melakukan tipu daya dan mengecoh, sungguh merupakan salah satu kekuatan Labibah Zain. Sebuah gaya bertutur yang mengingatkan saya pada kepiawaian cerpenis wanita terkemuka Korea Selatan, Han Mu Suk, meskipun tema cerita yang diangkatnya sangat berbeda. .........

Petikan Kata Pengantar MAMAN S MAHAYANA (Pengamat dan Kritikus Sastra)


"Belum pernah ada tema-tema cyber (dunia maya) yang dikupas dengan spesifik dalam cerpen Indonesia. Lewat buku ini, Labibah Zain mengajak pembacanya untuk bertualang, terbang, dan masuk pada pusaran dunia maya yang ajaib dan misterius."
JONI ARIADINATA, cerpenis, Redaktur Majalah sastra Horison

"Kumpulan cerpen ini begitu ekspresif melukiskan kehidupan nyata dengan kosa kata lugas. Dunia maya menjadi media eksplorasi dilema spiritual dan seksual perempuan dalam kehidupan modern selain pemberontakan atas tradisi keagamaan tertutup. Dari perempuan berkeluarga, yang studi di Amerika Utara, penulis menusuk jantung kehidupan di Tanah Air"
PROF.DR. ABDUL MUNIR MULKHAN, Guru Besar, penulis dan pengamat Sosial-Keagamaan

" .... Khusus untuk cerpen yang juga menjadi judul kumcer ini, "Addicted to Weblog", saya sungguh merasa "tertonjok". Labibah benar-benar jeli menangkap dan membeberkan perilaku ketagihan yang umumnya pernah dialami oleh semua blogger. Wajib dibaca oleh semua blogger, calon blogger, dan pemerhati blogger"
KURNIATI "NEENOY" RAHMADINI, ibu rumah tangga yang juga bekerja dan ketagihan ngeblog sejak tiga tahun yang lalu

"Perempuan dan Teknologi, isu yang mungkin masih jarang yang mengemuka. Melalui cerpen-cerpen ini, kita bisa melihat dunia perempuan, seperti realita perempuan dalam lingkaran kekerasan dengan jalan masuk dari dunia maya, juga hubungan perempuan dengan teknologi yang makin berkembang"
SOFIA KARTIKA, jurnalis Yayasan Jurnal Perempuan

"Labibah Zain telah menikmati sekaligus mengeksplorasi segala tetek-bengek cyber space, sejak dari software, sistem, cara akses, istilah yang rumit, serta perilaku manusia yang mengoperasikan dunia digital. Ini merupakan pesan kepada manusia untuk berhati-hati bermain dalam sebuah wilayah, ketika teknologi informasi hampir tidak berjarak dengan perasaan manusia, bersinergi dan akhirnya menjadi sebuah power yang bisa menghancurkan kehidupan pribadi manusianya sendiri. Dengan cerdik, ia gabungkan seni tanpa batas ruang dan waktu itu dengan perasaan sensitive manusia: cinta, serta sengaja menokohkan sebuah nama wanita yang menjadi ikon ketokohan sekaligus misteri pada kumpulan cerpen ini"
SAPTO RAHARJO, pemusik, pekerja budaya, broadcaster, pengajar Cultural and Media Studies, Pasca Sarjana, UGM

"Hal yang saya sukai dari beberapa cerpen labibah Zain yang berkisah tentang perempuan, sekelilingnya, dan internet (lebih spesifik lagi, Weblog) adalah penyelipan terminologi dan pengertian teknis ke dalam bagian-bagian cerita. Kita sebagai pembaca memperoleh pemahaman dari peristiwa yang memang potensial terjadi sebagai alternatif terhadap pemahaman dari definisi baku yang formal"
IKHLASUL AMAL, Praktisi Teknologi Informasi, Penulis Wiki dan Blog
Sunday, July 15, 2007
Review: Addicted to Weblog by Sa
Addicted To Weblog: Kisah Perempuan dalam Dua Dunia (2005) Jul 14, '07 8:12 PM



Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Labibah Zain



Mengawali membaca buku ini, saya tidak melewatkan kata pengantar yang (biasanya, kalau saya membaca buku..) saya artikan sebagai ‘pegangan’ untuk membaca sebuah buku dengan lebih seksama. Kata pengantar akan saya baca di awal dan mengulang membacanya kembali setelah selesai.

Addicted to Weblog adalah judul buku yang berisi kumpulan cerpen Labibah Zain aka maknyak (-nya Blogfam). Buku ini disertai judul ‘kecil’: Kisah Perempuan dalam Dua Dunia. Bekerja sama dengan seorang Labibah dalam penyusunan 2 buku komunitas Blogfam di tahun 2006 kemarin, saya bisa cukup ‘paham’ mengapa ada judul utama dan judul tambahan. Jadi tak perlu ditanyakan lagi mengapa judul buku ini tidak menggambarkan isi keseluruhan buku: karena judul ini adalah salah satu judul cerpen dari kumpulan tersebut.


Satu: Addicted to Weblog: Kisah Perempuan dalam Dua Dunia

Cerpen ini telah berhasil membawa nama-nama perempuan yang dikenalnya lewat dunia maya. Malah ada si pemakai kata ‘basgur’ je. (cetuk!). dan juga membawa nama komunitas Blogger Family dalam rangkaian kata yang ada. Yes!
Perempuan dalam 2 dunia yang diceritakan, adalah perempuan yang punya kehidupan di alam nyata sebagai istri dan ibu dari 2 anak; perempuan yang mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan kewajibannya. Dan dunia yang satu lagi adalah dunia maya yang baginya memberikan sentuhan lain, sentuhan yang berbeda tapi menarik. Melalui dunia ini, perempuan ini ingin menjalankan haknya. Hak untuk punya waktu bagi diri sendiri.
Akhir cerita adalah rangkaian kata yang ‘ngageti’, baik dalam menyambungkan awal dan akhir yang terkesan dadakan atau terburu-buru maupun ‘ngageti’ karena adanya kenangan atas seorang bunda yang para blogger kenal. Dia yang pergi meninggalkan 2 anaknya.


Dua: Perempuan dan Lelaki Maya

Munculah nama Sinta. Nama ini tidak hanya saya temukan di satu cerpen saja. Labibah (doh, ga enak amat make nama beneran nulisnya haha..) sepertinya merangkaikan kata berdasarkan pengalamannya dalam dunia chatting. Keunikan di dunia maya selalu bisa menjadi bahan penceritaan, namun toh ada keterkaitan dalam kehidupan di dunia non maya. Cerpen ini ingin menunjukkan perempuan yang bisa ‘mempermainkan’ kaum lelaki, perempuan pun bisa menjadi di posisi yang melemahkan lelaki. Hanya saja, Sinta masih menjadi perempuan yang tidak beruntung walaupun kata ‘menaklukkan’ bisa dilakukannya di dunia maya. Di sisi lain, Perempuan dan Lelaki Maya menjadi sentakan bagi pembaca, “Wah, buku ini untuk kalangan dewasa ya.”


Tiga: Perempuan dalam Kegelapan

Petty nama perempuan itu dan chatting kembali menjadi ‘sebab’ perubahan perjalanan hidup. Memasukki cerpen ketiga, saya mulai merasakan ada 'panas' yang menjalar hehe…, dan makin nampak bahwa buku ini untuk yang sudah dewasa.


Empat: Perempuan itu bernama Sinta

Nah kan. Sinta lagi. Ada Sinta dan makin ‘panas’. Bercinta di dunia maya.
Yang saya bahasakan sebagai: masturbasi bersamaan. hihi..


Lima: Perempuan dalam Dua Etalase

Sinta ke-3, Sinta yang mesti mengikuti ajakan para blogger belakangan ini:
“Jangan bugil di depan kamera.”


Enam: Perempuan 17 tahun

Perempuan ini tidak berkelana di dunia maya. Setidaknya itu yang saya tahu, entah kalau ada hal yang tidak saya ketahui. Dia ada di dunia nyata dan menjadi tokoh dengan pengalaman yang menarik. Ah perempuan, di tangan seorang Labibah, kau menjadi seorang korban. :(


Tujuh: Perempuan di Sudut Taman

Sebelum mempunyai buku ini, seorang teman sempat membisikkan contekan: “Kamu pasti tahu siapa yang diceritakan di sana.”
Sebuah contekan yang sempat bikin ingin tahu banget. Dan, iya, saya bisa menebaknya. Di cerita ini hanya ada satu tokoh yang digambarkan, tapi jika memperhatikan adanya kejadian yang berbeda, saya yakin, ini bukan bercerita tentang satu tokoh hehe.. Tapi yah, bagaimanapun juga hanya si penulis yang tahu.
Apakah akan ada Lelaki di Sudut Taman, Mak? Ataukah akan bertambah sifat/karakter dari si Perempuan ini? Cerpen ini masuk dalam kategori dunia maya, yang dibungkus dengan sangat memikat.


Delapan: Perempuan Pengusung Tradisi

Membaca cerpen ini mengharuskan saya membuka halaman tambahan yang ada di belakang. Banyak istilah Arab yang mesti saya ketahui artinya sebelum meneruskan membaca. Sebuah cerita yang menjelaskan akan kehidupan sebuah tradisi yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya.

---

Mengulang kembali membaca kata pengantar yang ditulis oleh Maman S Mahayana, saya bisa memahami kenapa beliau menyatakan, “Ada kisah-kisah aneh yang entah berada di dunia mana, tetapi ada pula kisah yang terasa sangat dekat dengan pengalaman kita.” Saya bisa mengerti mengapa ada kata ‘aneh’, karena tidak semua mengenal dunia yang maya tersebut. Dan mengapa beliau kehilangan ‘jejak’ di cerpen ke tujuh, karena beliau berada jauh dari salah satu dunia yang Labibah geluti.

Terakhir, saya bisa menjawab tanya beliau: “Persoalannya kini, apakah ia (Labibah) punya napas pajang untuk menunjukkan kualtias dirinya dalam karya-karya berikutnya, atau ia selesai sampai di sini.”
2 tahun setelah buku ini terbit, saya bisa menjawabnya: "Punya, ia punya napas panjang. Sangat panjang malah, hingga tugas sekolah hampir terbengkalai." *pasang helm grak!*

Sukses terus, Mak!!!

Di copy paste dari Multiply nya Elsa
posted at 3:28 PM |
Thursday, April 05, 2007
Review: addicted to Weblog by Julia
RESENSI BUKU :
KUMPULAN CERPEN: Addicted To Weblog (Kisah Perempuan dalam Dua Dunia)
Karangan : Labibah Zain
Pustaka Populer Obor (2005)

Haree geneee…Klo ga kenal yang namanya “BLOG” pasti dibilang ga’ gaooool.. :P Oups! Jangan protes yaks ;-) Sekarang jamannya cetting dah lewaat -meski masih sering digunakan- tapi ada yang lebih keren lagi, yaitu Blog. Dengan bikin weblog orang lebih bebas ber-ekspresi. Menuliskan semua ide dan pemikiran kedalam kata-kata, plus bisa jadi ajang buat curhat juga. Kalo Cuma nulis di buku harian ga seruuu…soalnya qta ga bisa sharring ke yang lain. Klo qta sharring via blog qta, trus ada teman senasib yang baca? Kan bisa saling curhat gituuu ;-) Malahan niih, kan ada tuuh blog yang dibukukan. Keren ga ?!
Dengan semakin mewabahnya “virus nge-blog” ini, Labibah Zain seorang penulis yang kini tengah menyelesaikan S-3 nya di Canada mencoba berbagi cerita dalam kumpulan cerpen-nya yang mayoritas berbagai kisah diseputar per-blog-an. Buat yang sedang keranjingan nge-blog, buku ini sedikit banyak akan membuat qta cengar-cengir sendiri (karena kok banyak kesamaannya! Hehe….), di sisi lain buku ini juga akan memberikan nasihat terselubung gituu deeh……
Terdiri dari 8 cerpen, 5 cerpen berbicara tentang dunia maya dan yang lainnya cerpen bertemakan umum. Kumpulan cerpen ini bisa dikategorikan layak dibaca untuk remaja dan dewasa, karena banyak isinya menyinggung tentang permasalahan keluarga dan percintaan. Urmmmm…… ;-)

BAB I : Addicted To weblog : Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia
Cerpen ini berkisah tentang seorang ibu rumah tangga yang keranjingan nge-blog, sampe urusan rumah tangga dinomorduakan. Ada kisah-kisah seru dibalik itu, yang bikin kita tersenyum bahkan menitikkan air mata! Meski sang suami jengkel setengah mati akan hobby baru istrinya ini, kelak ada suatu peristiwa yang membuatnya tersadar kalo nge-blog itu ternyata ada gunanya.

BAB II: Perempuan dan Lelaki Maya
Kalo cerita ini, mungkin yang sering dialamin sama qta-qta yang suka gaul di dunia maya ;-) dengan tidak melupakan intrik-intrik percintaan yang sering terjadi di dalamnya. Cuma, akhir ceritanya itu yang bener-bener ga kebayang buat gw, mengagetkan! Buat yang sering ngibul, bikin rusuh dunia maya, or tebar pesona sana-sini, mungkiiin…cerita ini akan menginspirasi anda untuk segera BERTOBAT :P

BAB III: Perempuan Dalam Kegelapan
Cerita ini cocok banget buat mereka yang telah berumah tangga. Hati-hati bergaul dengan lawan jenis, sekalipun hanya lewat dunia maya. Salah-salah, awalnya sih curhat-curhatan..lama-lama? selingkuh deh! Bisa FATAL akibatnya…

BAB IV : Perempuan Itu Bernama Sinta
Yang ini juga ga kalah seru, bercerita tentang “cyber love” yang berujung tragis. Cocok dibaca bagi mereka yang pernah atau sedang mengalami kisah percintaan dunia maya ;-) hati-hati..hati-hati..hati-hati…banyak berharap, banyak kecewa.

Bab V : Perempuan Dalam Dua Etalase
Kalo cerita yang ini, berkisah tentang seseorang yang keranjingan cetting dan akhirnya copy darat. Seru, ga nyangka akhir ceritanya ternyatAddicted_to_weblog
a “begitu” ;-) pas selesai baca bait terakhir, bikin gw berteriak lepas: “ Ya Ampyuuuuuun….!” :P Meski hanya dalam hati.

Bab VI : Perempuan, 17 Tahun
Ini bukan bagian cerita bertemakan dunia cyber. Sebuah cerita dunia percintaan remaja, tentang MBA. tapi ga bikin borring kok…

Bab VII : Perempuan Di Sudut Taman
Untuk cerita yang satu ini, terus terang gw agak sedikit “mengernyitkan dahi” buat mencernanya. Apa gw-nya yang lemot.. :P blom begitu faham sampe sekarang apa maksudnya ;-) terlalu banyak kiasan.

Bab VIII : Perempuan Pengusung Tradisi
Yang ini ceritanya berbau soal adat istiadat. Bukan budaya qta, tapi tentang keturunan Arab . Dimana seorang “syarifah” (Sebutan bagi seorang perempuan yang mempunyai garis keturunan langsung pada Fathimah, putri Nabi Muhammad.SAW) wajib menikah degan “Habaib”. Mungkin kalau sedikit dipersamakan dengan tradisi qta, ada kesamaannya dengan tradisi keraton. Dimana keturunan “berdarah biru” harus menikah dengan golongan “berdarah biru” juga. Meski tradisi ini ada kalanya menimbulkan pembangkangan bagi kalangan muda-nya.

June 27, 2006 at 09:30 PM

Di copy paste dari Blognya Julia di Friendster
posted at 2:15 PM |
Friday, February 02, 2007
Saya di Tabloid Parle



Tabloid Parle edisi 73 (klik gambar diatas agar lebih jelas dan bisa melihat tulisannya) memuat hasil wawancara dengan saya berkaitan dengan blog, blogfam dan dunia cerpen.

Sedangkan versi aslinya adalah sbb

1. Certa dong bagaimana sih awal mula terpikir untuk membentuk blogfam?

Blogfam merupakan tempat para blogger Indonesia dengan segala umur berkumpul dan saling berbagi informasi dalam suasana yang hangat dan kekeluargaan. Blogfam didirikan pada bulan Desember 2003. Ide membuat BF itu dimulai dari para 'emak' yang sering merasa terlalu 'tua' untuk bergabung di komunitas Blogger yang ada tapi aktif ngeblog dan banyak inisiatif serta ramah terhadap para pengunjung blog dengan cara menyapa kembali pengunjung-pengunjung blog mereka. Terjadilah dialog menarik antar ibu-ibu ini. Saling saut-sautan di blog tentang berbagai hal; dari sapa menyapa, tip-tip memasak hingga persoalan-persoalan teknis tentang cara membuat dan memepercantik blog.

Waktu itu saya berpikir, "wah alangkah indahnya kalau ada suatu komunitas di dunia maya yang ramah seramah ibu-ibu ini di mana anggotanya bisa saling berbagi informasi dengan leluasa tentang apa saja; dari dapur, Teknologi Informasi, parenting hingga tulis menulis."

Ketika ide itu saya lempar ke ibu-ibu tersebut, mereka sangat antusias.

Setelah memikirkan nama, moto dan konsepnya, saya membuat mailinglist . Di dukung oleh Di dukung oleh Ikaray yang waktu itu masih di Irian, Pingkan Di Georgia, Widi di Jepang, Rieke di Jakarta, Intan di Inggris, maka terciptalah mailinglist yang bernama Blogger Family dengan mengusung moto "we are a virtual family". Konsepnya adalah komunitas blogger Indonesia yang menawarkan sebuah kehangatan keluarga.

Nah, pada perkembangan selanjutnya, mailinglist blogger family ini tak hanya menarik perhatian para emak saja, tetapi para bapak dan remajapun ikut tertarik menjadi anggotanya dan kemudian dikembangkan menjadi forum http://blogfam.com. Hasilnya tambah meriah. Blogfam menjadi komunitas pelangi dengan bermacam karakter anggota, muda, tua, lelaki, perempuan dan juga berbagai profesi.

2. Maksud dan tujuan apa yang ingin Anda capai dengan membentuk komunitas para blogger ini? Hasil apa yang sudah dicapai hingga hari ini?

Seperti yang saya ungkapkan diatas, maksud dan tujuan blogger family ini adalah untuk menyediakan wadah bagi para blogger Indonesia untuk saling berbagi informasi, tolong menolong untuk memecahkan problem satu sama lain dengan cara kekeluargaan. Saya sadar betul. Hidup ini tidaklah mudah. Akan sangat menyenangkan kalau kita bisa berbagi; baik itu suka mapun duka. saling tolong menolong, memberikan motivasi satu sama lain sehingga orang bisa mengarungi hidup dengan percaya diri bahkan berprestasi.

Inginya juga di blogfam ini setiap individu bisa mengembangkan diri dan potensi masing-masing sesuai dengan minat dan bakat mereka sehingga para anggotanya bisa menghasilkan suatu karya yang membanggakan bagi keluarga, diri sendiri juga masyarakat.


Saya tahu bahwa para blogger ini punya potensi yang luar biasa. Buktinya, mereka ini punya blog. Setidak-tidaknya mereka bisa menulis untuk mengungkapkan ide-idenya. Setidaknya mereka bisa berbuat sesuatu di blog mereka baik itu berupa tulisan atau gambar-gambar di blog mereka. Nah, ini harus dikembangkan. Kalau mereka berjalan sendiri-sendiri tentu hasilnya kurang maksimal dan butuh waktu lama. Tetapi kalau bersama-sama tentu akan lebih nikmat prosesnya dan juga hasilnya lebih maksimal. Contohnya ya proyek pembuatan buku-buku blogfam. Karena penggarapannya bareng-bareng, ada yang ngedit, ada yang bagian mengumpulkan naskah, ada yang bagian kontak-kontak penerbit, ada yang bagian ngurusi kontrak, ada yang bagian proof reading, maka hasilnya lebih cepat dan maksimal yang belum tentu kalau dilakukan sendiri akan berhasil apalgi penulis-penulis yang belum punya nama dan kurang PD untuk menawarkan naskahnya ke penerbit. Setelah menerbitkan buku secara keroyokan, diharapkan mereka nantinya akan mempunyai buku karanagn sendiri dan juga menulari virus kreatif lainnya kepada blogger lainnya.


Buku Teen World:Ortu Kenapa Sih? , Kumpulan cerpen "Biarkan Aku mencintaimu dalam Sunyi (email Terbuka seorang Selingkuhan) dan Flash!Flash!Flash! Kumpulan Cerita Sekilas menjadi bukti keberhasilan temen-teman di blogfam. Masih akan ada lagi Kumpulan Cerita anak yang akan terbit pada tahun 2007. Juga majalah online Blogfam Magazine yang di Singkat Bz (http://bz.blogfam.com) menjadi hasil nyata yang sudah dicapai oleh komunitas blogfam.



Hasil dari saling berbagi di ruang Dapur, blogfam sudah tercatat di MURI dengan lomba masak Virtualnya.

Dan Insya Alloh akan ada lagi hasil-hasil lainnya.




3. Sudah berapa sekarang anggotanya? Ada agenda besar apa selanjutnya?

Per tanggal 14 Januari 2007, anggota blogfam sudah mencapai 2774 anggota. Agenda besarnya sederhana saja; agar blogfam tetap eksis. Sebab mempertahankan sesuatu yang sudah ada sangatlah susah. Apalgi organisasi ini ada di dunia maya. jadi Blogfam dibawah komando presidennya yang baru (Parwita Mohan) akan melakukan pembenahan organisasi, mempertahankan lomba-lomba virtual, silaturahmi offline seperti arisan dan kegiatan bowling bareng, Kegiatan sosial seperti nyumbang korban bencana alam, penerbitan dan berusaha agar bz!blogfam tetap eksis serta mempertahankan atmosfir kekeluargaan tetap ada di blogfam dot com.


4. Bagaimana Anda melihat fenomena blogging ini di masyarakat?

Blogging sudah menjadi bagian hidup masyarakat modern. Masyarakat sekarang bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan tanpa harus menunggu tulisan mereka lolos dari meja redaksi untuk bisa di baca masyarakat secara luas. Karena apa? ya karena mereka punya blog. Mereka menjadi wartawan sekaligus redaksi bagi tulisan mereka sendiri. Sehingga sering kita jumpai blog yang berperan sebagai kontrol terhadap pemerintah, masyarakat bahkan media massa dengan cara memberika kritikan, saran disertai data-data yang berupa link-link yang memperkuat pendapat mereka.

Karena kemudahan-kemudahan yang ada, maka siapapun bisa mempunyai blog. Ibu rumah tangga yang ingin berkeluh kesah dan berbagi pengalaman tentang mengasuh anak dan berbagi resep masak, satpam yang ingin berbagi tip-tip keamanan, guru yang ingin berbagi masalah pengalaman mengajar, pustakawan yang ingin berbagi tentang profesi dan information literacy, penulis, wartawan, hakim, dokter dan berbagai profesi lainnya bisa menggunakan blog sesuai dengan tujuan masing-masing. Bisa menjadi ajang bisnis, ajang komunikasi, ajang pengungkapan ekspresi, ajang hiburan, ajang peningkatan wawasan, ajang kritik sosial dan juga bisa berfungsi dokumentatif yang bisa menyimpan jejak hidup maupun karya yang tentunya akan menarik kalau dibuka-buka lagi pada tahun-tahun mendatang.

Dan jangan kaget kalau sekarang sudah mulai ditemui orang yang bertanya apa blog kita ketika berkenalan baik dalam konteks personal maupun profesional, " apakah anda mempunyai blog tidak?" Karena blog bisa memudahkan seseorang untuk membaca pikiran dan kepribadian orang yang akan memudahkan mereka dalam menjalin kerja sama.


5. Sebagai seorang cerpenis, apakah memiliki blog banyak manfaatnya bagi Anda?

Setidak-tidaknya ada empat manfaat ketika seorang penulis ngeblog:

Pertama, Sebagai ajang latihan menulis, kedua sebagai arsip karya-karya kita yang mungkin berceceran di media massa dan dijamin tak akan lusuh,ketiga, sebagai media untuk mebangun jaringan baik dengan pembaca cerita-cerita kita, dengan penerbit maupun dengan sesama penulis karena blog mempunyai fungsi interaktif yang memungkinkan kita berkomunikasi dengan mereka, dan keempat, blog juga bisa menjadi ajang promosi karya-karya kita sehingga karya-karya kita.

Dan harus diakui, penulis yang tak punya blog akan sedikit tertinggal terutama dalam urusan promosi karya. Dan sekarang sudah banyak penerbit-penerbit yang berkunjung dari blog satu ke blog lainnya baik untuk mempelajari karakter tulisan dari calon-calon penulis yang diincarnya maupun untuk mencari penulis-penulis baru.
posted at 12:25 PM |
Friday, January 19, 2007
Catatan Jody
PEREMPUAN-PEREMPUAN LABIBAH ZAIN

KUMPULAN CERPEN

ADDICTED TO WEBLOG: Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia

Penulis : Labibah Zain

Penerbit : Pustaka Populer Obor, Agustus 2005

Pertama melihat kumpulan cerpen (kumcer) ini, dugaan saya adalah buku ini sejenis teenlit, chicklit, atau metropop. Wajar, mengingat judulnya. Sekarang banyak buku-buku dengan genre yang saya sebutkan diberi judul dengan teknik yang sama.

Baru setelah membacanya, saya sadar bahwa kumcer ini sebetulnya beda dengan jenis-jenis buku tadi. Labibah mencoba memberi warna pada dunia yang rupanya sangat digemari dan dikuasainya, terutama saat dia mengapung-apung dalam dunia maya. Labibah adalah pengarang dengan napas cukup panjang dalam bertutur. Hal itu bukan karena dia sudah menetaskan banyak telur, eh, karya, tetapi karena Labibah menulis dengan narasi panjang-panjang. Labibah membentuk aliran sungai dari pegunungan inspirasinya, berkelok-kelok tenang menggarisi dataran menuju jeram-jeram yang, di sinilah pesona Labibah, mengejutkan. Sedikit saya teringat O. Henry yang doyan membenturkan granat di benak pembaca di ujung cerpen-cerpennya.

Sesungguhnya judul kumcer ini hanya mewakili 1 cerpen saja, yaitu cerpen dengan judul sama. Cerpen-cerpen lain sama sekali tidak membicarakan ketagihan ber-weblog. Kalaupun menyinggung internet, Labibah hanya menggunakan sebagai latar penceritaan saja. Sisanya malah tidak nyambung. Addicted to Weblog: Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia, Perempuan dan Lelaki Maya, Perempuan itu Bernama Sinta dan Perempuan Dalam Dua Etalase merupakan pengungkapan Labibah bagaimana dunia maya memberi efek yang bisa merugikan (dan menguntungkan) penghuninya. Dalam dunia maya nyaris semua tidak jelas. Apa saja bisa terjadi di sana. Ketagihan, perselingkuhan, kebohongan, tipu muslihat, teror, dan penyimpangan seksual. Di sinilah kelebihan Labibah bermain-main dengan cerkas.

Seorang istri ketagihan weblog sampai mengabaikan rumah tangga (Addicted to Weblog: Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia). Saking ketagihannya menjadi blogger, suaminya ketakutan. Coba simak kata-kata suaminya sebagai narator cerpen ini: "Aku takut suatu saat nanti, dia akan making love denganku sambil ngeblog juga. Bibirnya akan menciumi leherku, tangan kirinya akan mengelus-elus punggungku tetapi matanya akan memandangi monitor dan tangan kirinya akan memegang mouse untuk merefresh weblognya! Dan ketika aku akan mencapai puncak kepuasan, tiba-tiba dia akan berteriak menyuruhku menghentikan permainan karena hasil refreshannya menandakan ada komentar baru yang harus ditanggapi segera!" (hal. 21). Tetapi kemudian, ternyata weblog yang dibuat istrinya bisa juga bermanfaat.

Di dunia cyber, Sinta terus merahasiakan diri dan menikmati pertemanan maya dengan seorang pria bernama Arjuna. Seorang pengunjung dunia maya diceritakan senang merusak relasi dalam dunia maya. Ternyata keduanya berhubungan dengan kehidupan Sinta. Sebuah rekayasa kebetulan, tetapi mengasyikkan (Perempuan dan Lelaki Maya).

Perempuan Itu Bernama Sinta dan Perempuan Dalam Dua Etalase menceritakan 2 hubungan antar manusia dalam dunia maya. Salah satunya tidak mau bersikap terbuka. Dan bukan hal yang mengherankan, karena mereka menyimpan rahasia di balik kiprah yang serba maya.

Samar saya bisa menangkap Labibah sedang bermain simbol ketika menuturkan Perempuan Di Sudut Taman. Dalam cerpen yang menurut saya biasa-biasa saja dan cenderung membosankan ini, apalagi dengan sungai ciptaan Labibah yang panjang, rupanya Labibah sedang menuturkan sebuah komunitas dalam dunia maya dengan seorang tokoh perempuan berperilaku tidak menyenangkan di dalamnya. Tetapi entahlah, kurang jelas sih.......

Dalam Perempuan Pengusung Tradisi Habibah, seorang syarifah sesuai ketentuan harus menikah dengan seorang habaib. Dikhianati seorang habaib, Habibah pacaran dengan seorang ahwal, tetapi kemudian zuwad dengan Ucin tanpa cinta untuk menghormati tradisi. Setelah anak-anaknya dewasa, Liya, salah seorang anaknya mengulangi pengalaman ibunya, tetapi dengan cara berbeda. Saat itu, Habibah bermetamorfosis dari Perempuan Pengusung Tradisi ke Perempuan Perombak Tradisi. Suatu gugatan kepada tradisi yang ada, tetapi bukan gugatan yang meledak-ledak, biasa saja.

Amellia, 17 tahun, gadis penggemar boneka berasal dari keluarga broken-home, asimilasi wanita keturunan Cina dan pria keturunan Arab. Gadis ini bergaul dengan seorang laki-laki bernama Andre dan hamil. Labibah berhasil menguraikan kisahnya dengan gaya remaja, sesuai usia Amellia, tetapi kemudian tetap menggunakan gayanya, menohok di ujung cerita (Perempuan, 17 Tahun).

Perempuan Dalam Kegelapan namanya Petty. Petty tidak merasa bahagia dengan kehidupan rumah tangga bersama Singgih. Singgih terlalu sibuk kuliah sehingga mengabaikan istrinya. Bahkan dalam bercinta Singgih tidak pernah peduli istrinya puas atau tidak. Petty ketemu Manas, meninggalkan suaminya, dan beruntun Labibah menimpakan azab dalam hidup Petty. Kasihan si Petty gara-gara ulah sang dalang.

Membaca kumcer Labibah sesungguhnya cukup mengasyikkan, tetapi Labibah tetap harus memerhatikan gramar. Di beberapa tempat masih terlihat kebingungan membedakan di apakah sebagai awalan atau preposisi (baca saja cerpen Perempuan di Sudut Taman). Kemudian masih adanya susunan kalimat yang kacau. Perhatikan saja halaman 70 (Perempuan Dalam Kegelapan) paragraf pertama yang cukup panjang, baris 2 terakhir, temukan kelebihan pemakaian kata "cepat" di sana. Pada halaman 77 malah Labibah menulis bahwa "Mah adalah kepanjangan dari mamah" (bukannya malah kependekan?). Sesungguhnya cerpen-cerpen Labibah perlu disunting supaya lebih bersinar lagi. Napas panjang dalam bertutur memang punya efek pada terciptanya kalimat-kalimat rancu. Dan Labibah sang penggemar nama Sinta yang agak doyan berkhotbah dalam ceritanya suka pada yang panjang-panjang.

Kumcer ini hanya berisi 8 cerpen, tergolong sedikit walau diimbangi dengan cerpen yang 'panjang-panjang'. Berikutnya, mungkin Labibah bisa bermurah hati menampilkan cerpen yang sedikit lebih banyak, dan dengan kemahiran mengecoh serta penyuntingan yang lebih baik tentu saja. Sebagai penulis, seharusnya sebelum karyanya dipublikasi dialah yang harus melakukan penyuntingan perdana. Editor hanya akan memberi sentuhan biar lebih berkilau.

Di "copy paste" dari Catatan Jody, tgl 15 Januari 2007.
posted at 10:46 PM |
Saturday, December 23, 2006
Justin- Jakarta
addicted to weblog

itu adalah judul sebuah buku kumpulan cerpen karya labibah zain. aku mencuri2 baca di gramedia, saat nunggu di jemput mbak ut. yang menarik dari buku itu, tentu saja termasuk novel/ cerpen langka yang berbau dunia TI (blog). Hmm.. btw sebelumnya aku minta maaf karena akhirnya gak beli buku itu :D abis setelah liat2, kayaknya gak semua tentang dunia perblog-an :( tapi aku sempat menyelesaikan cerpen yang pertama "addicted to weblog" yang cukup berkesan & membuatku terinspirasi untuk meninggalkan jejak (menulis reviewnya) di blogku.

Ceritanya dari sudut pandang seorang suami, tentang istrinya yang dari gak tau jadi tergila2 dengan blog sampai sempat membuat suaminya protes karena si istri melalaikan anak2nya. Sangat natural dan masuk akal. aku bahkan seperti sedang membaca ciri2 yang ada di diriku sendiri :D, yang sempat membujuk bi dengan segala alasan untuk memasukkan laptop ke dalam list hal2 dan item yang harus dimiliki untuk masa depan kita berdua. Fakta2 realistis yang ada di cerpen membuatku semakin ngebut membaca ingin tau endingnya. Sayang, aku gak suka endingnya :( kenapa istrinya harus diceritakan meninggal dan kemudian blog-nya jadi kenang2an buat keluarganya.. bwaaa.. gak seru gak seru.. aku rada sebel dengan endingnya.

Tapi, tadi pagi aku blogwalking.. nyasar2 kemudian sampailah di blog-nya bundazidansyifa, yang ternyata oh ternyata.. telah dipanggil Tuhan baru2 ini.. Hmm, gak sembarangan.. ternyata fans-nya banyak banget, terbukti banyak yang kehilangan dan meninggalkan pesan2 dukacita. Aku langsung teringat dengan cerpen yang ku(curi2) baca di gramedia. Aku jadi merinding dan meralat pendapatku tentang ending cerpen yang tadinya aku anggap gak seru. Jadi, ok.. cerpen itu benar2 bagus dan realistis... dan.. ok ok.. aku akan membelinya :D

Pengarangnya, Labibah Zain, ternyata bukan orang sembarangan juga, dia adalah pendiri blogfam, hmmm.. komunitas yang kerap aku dengar dan liat logonya di blog milik teman2. Tapi aku sendiri belum punya banyak waktu untuk menyimak & ikut bergabung. Blogwalking pagi ini juga membuat aku pengen belajar buat blog yang cantik, ihiks.. aku mmg gak bisa buat halaman web yang cantik, meskipun sempat jadi progammer tapi kan cuma menyusun benda2 kotak untuk interfacingnya huhuhu...

posted by justin at 6:07 PM

posted at 8:51 AM |
Monday, November 27, 2006
Tulisan Hary B Koriun
Kritikus Sastra Riau, di Mana Persembunyianmu?

Minggu 26 Nopember 2006


Oleh Hary B Kori'un

ADA anggapan bahwa dunia satra Riau mengalami stagnasi yang hebat saat ini. Krisis karya telah terjadi dan orang-orang yang selama ini bekerja untuk sastra, mulai pelan-pelan beralih ke dunia yang lain. Memang, penghargaan untuk mereka yang bergelut di bidang sastra di Riau, mendapat apresiasi lumayan besar dengan banyaknya penghargaan, mulai dari Anugerah Sagang (untuk beberapa kategori baik karya maupun personal), Anugerah Ganti (karya novel), Laman Sastra Dewan Kesenian Riau (untuk beberapa karya kreatif seperti cerpen, naskah drama, puisi dan lainnya) sampai Anugerah Seniman Perdana (SP) dan Seniman Pemangku Negri (SPN) yang secara materi sangat besar. Penghargaan-penghargaan itu membuat para sastrawan di luar Riau merasa iri. Mereka berpikir, orang-orang yang mendapatkan penghargaan itu adalah mereka yang sangat eksis di bidangnya, dan bisa melecut lahirnya para sastrawan (karya) baru yang secara kualitas akan lebih baik lagi. Lalu di mana peran kritikus?

Namun, karya berkualitas yang diharapkan lahir dari itu semua dan akan munculnya sastrawan yang memiliki keinginan untuk berkarya lebih baik lagi, tak juga muncul ke permukaan. Lihatlah, dari tahun ke tahun, mereka yang yang menelurkan karyanya hanya "itu ke itu" juga. Mereka yang secara personal maupun karya menjadi nominator Anugerah Sagang, juga tak jauh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Para novelis yang karyanya masuk nominator Anugerah Ganti, juga nama-nama yang yang sudah familiar kecuali satu-dua yang baru. Laman Sastra DKR dari tahun ke tahun juga memunculkan karya dari mereka yang sudah lama eksis di bidang itu, dan secara kualitas juga tak terlalu signifikan peningkatannya.

Ketika Taufik Ikram Jamil dalam beberapa tahun belakangan tak terlihat karyanya muncul di media massa, banyak orang yang menyayangkan, terutama mereka yang masih ingin banyak belajar dari karya-karyanya. Sebab, selama ini, bersama Fakhrunas MA Jabbar –dan belakangan Marhalim Zaini—, Taufik adalah salah satu ikon penulis subur Riau yang mampu menembus belantara media nasional yang persaingannya memang amat ketat (meski belakangan terdengar santer tentang skandal redaktur budaya di koran Jakarta yang tidak obyektif dalam memilih karya yang akan dimuat di medianya). Memang, nama-nama seperti Olyrinson belakangan juga mampu melakukannya, namun intensitasnya masih belum sesubur para "senior"-nya itu. Bahkan, belakangan orang juga kesulitan mencari karya terbaru dari Syaukani Al Karim maupun Abel Tasman, baik di koran maupun dalam bentuk buku. Sementara senior yang lainnya hanya sesekali menulis, hanya sekedar mengambil absen agar "tidak dilupakan orang."

Sementara itu, mereka yang lebih muda dari usia maupun pencapaian, juga masih belum mampu bersaing dan memperlihatkan jati dirinya. Pengalaman sebagai redaktur budaya di Riau Pos, membuat saya bisa melihat ritme dan perkembangan sastra di Riau, dari kaca mata media, dan khusus kaca mata Riau Pos. Rata-rata, mereka yang mengirimkan karyanya orangnya tak banyak berubah, dan kualitas karyanya juga belum mencapai avan-garde dan pantas dikedepankan. Banyak yang masih sekedar asal berkarya dan tidak berusaha mencari jati diri (meminjam istilah Hasan Junus) yang menjadi ciri khas dirinya.

Lalu, ke mana Murparsaulian, Hang Kafrawi, Griven H Putra, Syaukani, Gde Agung Lontar, Nyoto, M Badri, Pandapotan MT Siallagan, dan yang lainnya (sekedar menyebut nama) mempublikasikan karyanya? Yang lebih jauh lagi, mengapa, Mostamir Thalib, Sutrianto, Yose Rizal Zen, Wise Marwin dan yang lainnya tak lagi menyiarkan karyanya? Yang menarik, banyak mereka yang dulu sangat aktif bergelut di sastra, kini memilih menjadi pengusaha atau masuk partai dan tak berkarya lagi (hal sebaliknya justru terjadi pada Rida K Liamsi, yang semakin maniak bersastra ketika sukses menjadi pengusaha).

Memang, di tengah memadamnya api dari mereka yang dianggap senior itu, anak-anak muda seperti Sobirin Zaini, Ellyzan Katan, Aleila, Joni Lis Effendi, Syaiful Bahri, Muhalib, Fariz Iksan Putra dan yang lainnya masih terus berkarya dan bekerja keras untuk mencari identitas dirinya melalui karya, namun tetap karya mereka belum mampu menyusul para seniornya untuk manggung ke media yang lebih banyak pembacanya, yakni media nasional. Memang, dalam manifesto sastra pedalaman yang muncul di tahun awal 1990-an, media nasional dianggap tidak begitu penting dalam membangun eksistensi dunia sastra kita sebab bagi sastrawan, di manapun menyiarkan karya, dan apapun jenis medianya, tetap memperlihatkan eksistensinya sebagai pengarang. Tetapi, jelas, kita tidak bisa menutup mata bahwa sebuah karya yang dibaca oleh audiens yang lebih banyak dan luas, sangat berpengaruh pada eksistensi karya dan pengarangnya.

Komunitas dan Sanggar

Belakangan, perlawanan terhadap eksistensi media massa nasional sebagai "pembaptis" sastrawan, juga dilawan oleh mereka yang merasa eksis di media maya, seperti situs sastra atau malah mereka yang ramai menyiahttp://riaupos.co.id/web/content/view/1224/41/rkan karyanya di media yang lebih terbatas lagi seperti milis sastra. Milis Apresiasi-Sastra misalnya. Meski baru berusia muda, namun milis ini belakangan menjadi tempat diskusi dan publikasi para sastrawan dari berbagai genre, usia dan tempat tinggal yang menyebar di berbagai belahan dunia, dan banyak juga yang sudah sangat eksis di jagad sastra Indonesia. Sekedar menyebut nama JJ Kusni (tinggal di Paris), Ikranagara (Amerika Serikat), Sobron Aidit (Belanda), Labibah Zain (Montreal, Kanada), Sigit Susanto (Swiss), Mila Duchlum (Maladewa/Tanjung Pinang), Akmal Nasery Basral, Kurnia Effendi, Endah Sulwesi, Dino F Umahuk, Rahmat Ali, Ratih Kumala, Eka Kurniawan, Damhuri Muhamad, Sihar Ramses Simatupang (Jakarta), Lang Fang (Surabaya), Adi Toha, Henadi Tanzil (Bandung), Eko Sugiarto (Semarang), Hasan Asphahani (Batam), I Wayan Sunarta (Denpasar) Hary B Kori'un (penulis), Budy Utamy (Pekanbaru) dan sekian nama lainnya yang sangat aktif berdiskusi dan mempublikasikan karyanya, yang kemudian mendapat kritikan atau masukan dari yang lain.

Rata-rata dari mereka sudah banyak eksis, mampu menembus media massa nasional, dan memiliki buku karya baik kumpulan kumpulan cerpen, esai, puisi atau novel. Milis ini secara berkala juga membuat forum diskusi maya dengan membahas karya-karya pengarang seperti Umberto Eco, Karl May, Budi Darma, Goenawan Mohamad, Gabriel Garcia Marques, Federico Garcia Lorca dan sebagainya untuk menambah wawasan. Selain itu, secara berkala juga, milis ini mengadakan lomba mengarang, baik cerpen maupun puisi dan kemudian kerjasama dengan penerbit untuk diterbitkan menjadi buku. Salah satu buku yang sudah terbit adalah kumpulan cerpen Selasar Kenangan (Akoer, 2006).

Banyak milis sastra yang kini bermunculan dan menjadi tempat para sastrawan untuk mengasah kemampuan lewat diskusi dan sebagainya. Misalnya milis Penyair, Cybersastra, Kacangijo, Panggung, Gunung Merapi dan sebagainya. Mereka yang berkutat dengan sastra maya ini kebanyakan merasa nyaman karena mereka terbebas dari ribetnya berurusan dengan redaktur sastra media massa, dan mereka tetap berkarya dengan mendapat masukan dari peserta yang lain. Mereka tidak memperdulikan kualitas ketika dipublis, tetapi ketika karya-karya mereka akan dibuat dalam bentuk antologi, seleksi ketat tetap dilakukan untuk mendapatkan karya yang lebih baik.

Salah satu media untuk menyiarkan karya yang belakangan menjadi pilihan para pengarang (masih di jagad maya alias internet) adalah komunitas blog atau blogger. Blog ini lebih mirip website mini yang bisa dibuat sendiri oleh pemiliknya, tak harus membayar hosting sebagaimana website, dan dengan mudah bisa di-update kapan diinginkan. Para aktivis blog juga menganggap media ini selain menjadi alat publikasi karya yang paling mudah (tentu jika memiliki fasilitas jaringan internet) bagi aktualisasi diri, juga menjadi alat perlawanan terhadap media cetak yang dianggap menjadi pembaptis sastrawan. Namun, fasilitas blog ini tidak hanya populer di kalangan sastrawan, tetapi sudah menjadi hal yang umum karena baik atlet, selebritis, dan bahkan orang biasa sudah banyak yang memilikinya.

Di Riau berapa banyak sastrawan atau personal yang memanfaatkan blog dan milis sebagai sarana publikasi diri dan karya? Saya tak tahu persis, tetapi beberapa sastrawan seperti Fakhrunnas MA Jabbar dan M Badri sudah memilikinya.

Komunitas memang perlu dan menjadi tempat yang baik bagi para pengarang untuk mengasah kemampuan lewat diskusi, pembahasan sastra, tukar informasi dan sebagainya. Di Riau, memang tak banyak komunitas yang intens di situ. Memang beberapa komunitas dan sanggar seperti Forum Lingkar Pena (FLP), Paragraf, Sanggar Selembayung, Senapelan Writers Association (SWA) Latahtuah dan sebagainya, muncul. Tetapi sangat sedikit jumlahnya dibandingkan komunitas yang lahir di Padang, Lampung, Jakarta, Bandung atau Jogjakarta. Hal ini barangkali juga berpengaruhi tingkat kemunculan penulis muda, juga kualitas sastra.

Peran Kritikus

Lalu, adakah peran kritikus dalam perkembangan sastra Riau? Ini yang menjadi tanda tanya besar. Sejauh ini, peran kritikus tak terlihat dalam khasanah sastra Riau karena tidak banyak (jika tak mau disebut tidak ada) yang mau secara serius menjadi kritikus. Padahal, Riau memiliki tiga perguruan tinggi yang memiliki fakultas atau jurusan sastra, meski keguruan. Paling tidak, banyak sarjana sastra yang belajar sastra secara teoritik dan akademis yang memahami dan bisa menilai kualitas sebuah karya. Lalu, ke mana mereka bersembunyi?

Memang, secara berkala, ada satu-dua penulis yang menulis esai di media massa tetapi tidak serta-merta membahas karya secara mendalam sebagaimana kritikus. Mereka kebanyakan juga orang-orang yang menulis karya kreatif seperti cerpen dan puisi, yang tentu menulis esai hanya untuk mengasah kemampuan menulis dan bukan benar-benar ingin menjadi kritikus. Padahal, konon, Riau memiliki orang-orang yang punya kemampuan lebih dalam menilai karya sastra dengan teori akademis seperti Hasan Junus, UU Hamidy, Elmustian Rachman, Al Azhar, Hukmi, dan sekian orang dosen dan sarjana sastra yang setiap tahun dilahirkan oleh Unri, Unilak atau UIR.

Yang menarik, nama Maman S Mahayana belakangan malah melekat dengan sastra Riau, karena dosen satra di Universitas Indonesia yang tinggal di Depok ini sangat intens mengikuti dan mendalami satra Riau. Dalam Cakrawala Sastra Indonesia beberapa tahun lalu di Jakarta, Maman "disewa" oleh DKR untuk memberi pengantar kumpulan dan pembahasa kumpulan cerpen Riau, Pertemuan dalam Pipa, yang diadakan di Jakarta. Sayangnya, karya cerpen yang dipilih oleh DKR ketika itu tidak diambil dari sistem seleksi terbuka dan fair, tetapi mereka yang dipilih oleh DKR. Hal seperti ini sah-sah saja, tetapi mengingat banyak penulis cerpen yang ada di Riau, DKR terkesan pilih kasih dan subyektif.

Namun, di luar persoalan itu, tampilnya Maman sebagai orang yang dipilih untuk membahas, memberi kata pengantar dan mengkritisi karya pengarang Riau, seharusnya menjadi tamparan yang memilukan bagi dunia kritik sastra Riau. Sebab, di daerah yang memiliki sejarah sastra begitu gemilang, dunia kritik sastra Riau ternyata tidak hidup, padahal (sekali lagi) tidak sedikit sarjana dan kritikus yang sebenarnya dimiliki Riau.

Selain itu, Riau juga memiliki lembaga kajian bahasa dan sastra, yakni Balai Bahasa Pekanbaru, yang setiap hari tugasnya meneliti dan menelaah bahasa dan sastra di daerah ini dan mendapat dana cukup besar dai Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Namun, Balai Bahasa Pekanbaru ternyata masih belum memiliki peran berarti dalam kemajuan dunia kebahasaan dan sastra Riau secara umum. Hasil kajian, telaah dan penelitian oleh Balai Bahasa Pekanbaru hanya tersimpan berdebu di perpustakaan atau malah dalam tumpukan kertas apak, karena tidak dipublikasikan kepada khalayak.

Suatu ketika, saat berdiskusi bersama Olyrinson, Budy Utamy dan Marhalim Zaini, saya melontarkan ide: terus berkarya tanpa mempedulikan ada atau tidaknya kritikus sastra. Dan hampir senada mereka menjawab: "Kritikus ada karena ada karya, jadi benar, kita harus terus berkarya dan terus mempublikasikan. Kita berkarya untuk diri kita sendiri dan untuk dibaca oleh masyarakat, dan bukan untuk kritikus atau untuk disimpan di rak-rak apak yang tak terjamah oleh manusia…"

Kritikus sastra Riau, di mana persembunyianmu? Bantulah sastra Riau agar bisa berkembang lebih signifikan lagi.***

Hary B Kori'un adalah wartawan dan penulis novel. Tinggal di Pekanbaru.
posted at 9:36 AM |
Monday, November 06, 2006
Jawa Pos(31/10/06) Yudha Kurniawan
Terjerat Candu Internet


Sejak internet melanda, fasilitas-fasilitas ajaibnya telah membuat dunia semakin sempit. Tinggal klik, maka para pengguna internet sedunia bisa akrab berkomunikasi tanpa batas.

Fenomena unik ini dicatat oleh Labibah Zain, cerpenis asal Kanada ke dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Addicted to Weblog. Dari sini, bisa dilihat tema apa yang diangkat oleh cerpenis ulung ini. Dari delapan cerpen, lima di antaranya mengusung tema dunia maya. Uniknya, tokoh utama kebanyakan dari gender perempuan.

Labibah sengaja menampilkan tokoh perempuan dengan anggapan bahwa perempuan sangat rentan terhadap dampak-dampak negatif dunia cyber. Contohnya pada cerpen pertama buku ini, Addicted to Weblog. Tokoh utamanya adalah ibu rumah tangga yang keranjingan nge-blog. Setiap hari kerjanya hanya mengurusi blog dan "berselancar" milik temannya.

Mulanya, dia bisa membagi waktu. Namun, makin hari, dia semakin melupakan kewajibannya sebagai istri. Blog-blog tersebut jadi candu. Dia tak pernah lagi memasak untuk anak dan suaminya. Perempuan itu, seolah-olah tak dapat hidup tanpa internet.

Cerpen kedua lebih seru. Ada Sinta yang menjadi korban teror internet. Ada juga Petty di Perempuan dalam Kegelapan yang jatuh cinta pada seorang pria yang dikenalnya lewat chatting. Petty mabuk kebayang sehingga nekad meninggalkan suami dan memilih hidup bersama tanpa menikah dengan pria dari internet itu.

Agaknya Labibah berusaha mengangkat tema gender dalam cerpennya. Perempuan dalam pandangan Labibah digambarkan sebagai makhluk lemah. Mereka mudah dirayu. Dia juga berusaha mengingatkan para perempuan akan bahaya internet. Bahwa globalisasi tak sepenuhnya bermanfaat baik.

Judul buku : Addicted to Weblog
Penulis : Labibah Zain
Penerbit : Pustaka Populer Obor
Tahun : 2005
Tebal : 191 hlm


Yudha Kurniawan
kekar110@****.com

di Muat di Jawa Pos
posted at 3:11 PM |