Addicted to Weblog:
Kisah Perempuan dalam Dua Dunia
Labibah Zain
ed. 1 - Jakarta
Pustaka Populer Obor, 2005
xiv +196 hlm. 11 x 17 cm
Kata Pengantar: Maman S Mahayana
"Kepribadian seseorang di internet bisa jadi dapat dilihat dari cara dia berinteraksi dengan orang lain di dunia cyber lewat tulisan-tulisan dia di blog, cara dia berdialog di chatting room, cara dia berkomentar terhadap tulisan-tulisan orang lain dan cara dia menyapa di shoutbox. Tetapi cara berinteraksi yang demikianpun belum tentu menggambarkan kepribadian asli para netter. Karena tak jarang di kehidupan maya ini, ada orang-orang tertentu yang menciptakan karakter tersendiri yang tidak sesuai dengan bentuk asli mereka . Lelaki mengaku perempuan, perempuan mengaku lelaki, emak-emak mengaku perawan, perawan mengaku emak-emak, om om mengaku berusia belasan, wajah biasa biasa saja mengaku serupawan Dian Sastro dan Delon, biasa naik bemo mengaku naik limo atau malah sebaliknya biasa naik BMW tetapi mengaku kere".
..............
Inilah sebagian kisah yang ada di buku kumpulan cerpen saya! Dan juga cerita-cerita yang menjadikan Perempuan sebagai Tokoh Centralnya baik di dalam menghadapi Teknologi , cinta, rumah tangga maupun tradisi.

Ada 8 kumpulan cerpen disini. Ada yang sudah pernah di muat di Koran REPUBLIKA.
1. Addicted to Weblog (Kisah Perempuan dalam Dua Dunia)
2. Perempuan dan Lelaki maya
3. Perempuan dalam Kegelapan
4. Perempuan itu Bernama Sinta
5. Perempuan dalam Dua Etalase
6. Perempuan, 17 Tahun
7. Perempuan di Sudut Taman
8. Perempuan Pengusung Tradisi
 
Labibah Zain, pendiri komunitas weblogger Indonesia BLOGFAM . Staf pengajar di jurusan Ilmu perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini adalah pemilik weblog Serambi Rumah Kita. Semasa kuliah S1, dia aktif menjadi pendengar setia diskusi sastra yang digelar oleh Studi Apresiasi Sastra Yogyakarta dan juga aktif di dunia Teater. Bersama dengan Teater ESKA, Sanggar Salahuddin, Teater Jiwa, Teater Titian dan Teater Burdah, dia memainkan drama Lautan Jilbab 1 dan 2, Keluarga Sakinah, Perahu Retak, Dajjal, Monumen Keadilan, Thengul, Rintrik, Wahsyi Pembunuh Singa Padang Pasir, Burdah ke berbagai kota di Indonesia. Dia juga menulis Puisi dan cerpen.Puisi pertamanya di muat di majalah Sahabat ketika dia masih kanak-kanak. Di sekolah menengah, dia menjurai lomba mengarang tingkat kotamadya selama dua tahun berturut-turut. Puisinya juga ada di di antologi cyber sastra taun 2001. Tulisan-tulisannya baik berupa cerpen atau essay ada di antologi bersama Menyisir Rindu (Cakarawala Publishing, 2005), The Real Dezparate Housewives (LPPH, 2005)dan Suami Impian (LPPH, 2006) , dan juga di muat di Surat kabar2 lokal maupun nasional ; Republika, Batam Pos, Kompas, Majalah sastra Horison, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Pikiraan Rakyat dan Riau Pos. Antologi cerpen tunggalnya Addicted to Weblog (Pustaka Populer Obor 2005) ini merupakan kumpulan cerpen tunggal pertamanya. Ditemani suaminya, Aly D Musyrifa (penyair anggota Quebec Writers Federation dan juga jebolan Pemain Teater ESKA) serta ketiga anaknya, Akyasa Adiba, Danial Ahmad Allaudzai dan Zirak Ahmad Mubarak, Labibah Sekarang tinggal di Montreal dalam rangka menyelesaikan kuliah S3 nya di Mcgill University.
 
.............. Ketenangan suasana dalam bangunan ceritanya dan kesabarannya bertutur dengan niat hendak melakukan tipu daya dan mengecoh, sungguh merupakan salah satu kekuatan Labibah Zain. Sebuah gaya bertutur yang mengingatkan saya pada kepiawaian cerpenis wanita terkemuka Korea Selatan, Han Mu Suk, meskipun tema cerita yang diangkatnya sangat berbeda. .........

Petikan Kata Pengantar MAMAN S MAHAYANA (Pengamat dan Kritikus Sastra)


"Belum pernah ada tema-tema cyber (dunia maya) yang dikupas dengan spesifik dalam cerpen Indonesia. Lewat buku ini, Labibah Zain mengajak pembacanya untuk bertualang, terbang, dan masuk pada pusaran dunia maya yang ajaib dan misterius."
JONI ARIADINATA, cerpenis, Redaktur Majalah sastra Horison

"Kumpulan cerpen ini begitu ekspresif melukiskan kehidupan nyata dengan kosa kata lugas. Dunia maya menjadi media eksplorasi dilema spiritual dan seksual perempuan dalam kehidupan modern selain pemberontakan atas tradisi keagamaan tertutup. Dari perempuan berkeluarga, yang studi di Amerika Utara, penulis menusuk jantung kehidupan di Tanah Air"
PROF.DR. ABDUL MUNIR MULKHAN, Guru Besar, penulis dan pengamat Sosial-Keagamaan

" .... Khusus untuk cerpen yang juga menjadi judul kumcer ini, "Addicted to Weblog", saya sungguh merasa "tertonjok". Labibah benar-benar jeli menangkap dan membeberkan perilaku ketagihan yang umumnya pernah dialami oleh semua blogger. Wajib dibaca oleh semua blogger, calon blogger, dan pemerhati blogger"
KURNIATI "NEENOY" RAHMADINI, ibu rumah tangga yang juga bekerja dan ketagihan ngeblog sejak tiga tahun yang lalu

"Perempuan dan Teknologi, isu yang mungkin masih jarang yang mengemuka. Melalui cerpen-cerpen ini, kita bisa melihat dunia perempuan, seperti realita perempuan dalam lingkaran kekerasan dengan jalan masuk dari dunia maya, juga hubungan perempuan dengan teknologi yang makin berkembang"
SOFIA KARTIKA, jurnalis Yayasan Jurnal Perempuan

"Labibah Zain telah menikmati sekaligus mengeksplorasi segala tetek-bengek cyber space, sejak dari software, sistem, cara akses, istilah yang rumit, serta perilaku manusia yang mengoperasikan dunia digital. Ini merupakan pesan kepada manusia untuk berhati-hati bermain dalam sebuah wilayah, ketika teknologi informasi hampir tidak berjarak dengan perasaan manusia, bersinergi dan akhirnya menjadi sebuah power yang bisa menghancurkan kehidupan pribadi manusianya sendiri. Dengan cerdik, ia gabungkan seni tanpa batas ruang dan waktu itu dengan perasaan sensitive manusia: cinta, serta sengaja menokohkan sebuah nama wanita yang menjadi ikon ketokohan sekaligus misteri pada kumpulan cerpen ini"
SAPTO RAHARJO, pemusik, pekerja budaya, broadcaster, pengajar Cultural and Media Studies, Pasca Sarjana, UGM

"Hal yang saya sukai dari beberapa cerpen labibah Zain yang berkisah tentang perempuan, sekelilingnya, dan internet (lebih spesifik lagi, Weblog) adalah penyelipan terminologi dan pengertian teknis ke dalam bagian-bagian cerita. Kita sebagai pembaca memperoleh pemahaman dari peristiwa yang memang potensial terjadi sebagai alternatif terhadap pemahaman dari definisi baku yang formal"
IKHLASUL AMAL, Praktisi Teknologi Informasi, Penulis Wiki dan Blog
Saturday, February 18, 2006
Resensi "Addicted to Weblog" di Batam pos by Iwok
posted at 12:25 PM |
Wednesday, February 01, 2006
Irfan, wartawan, Solo
Addicted to Weblog: Tak Wajib Dibaca, Tak Harus Dibeli

Dunia maya itu candu.
Dunia maya itu palsu.
Dunia maya itu topeng.
Tapi tidak selalu.
Itu tergantung dari hati si pelaku.

Apa yang akan terjadi jika seseorang ketagihan untuk menjelajahi dunia maya? Kebaikan kah yang didapat? Atau malah ketiban masalah? Positif atau negatif akibat yang didapatkan seseorang dari sebab keterlibatannya dengan dunia maya - menurut saya - tergantung dari bagaimana cara dia berinteraksi dengan dunia maya.

Kalimat itu yang terlintas di benak saya, beberapa lama setelah usai membaca buku Kumpulan Cerpen-nya Labibah Zain berjudul Addicted to Weblog. Lima cerpen pertama di buku itu memberi gambaran, akibat dari sebab keterlibatan seseorang dengan dunia maya. Terutama layanan instant message, blog, e-mail, pertemanan, dan semacamnya.

Sebagai contoh, di repertoar pertama, penulis - yang pendiri blogfam.com, sebuah komunitas blogger yang anggotanya terpencar di penjuru bumi - memaparkan, bagaimana seorang ibu sampai lupa mengurus rumah, karena 'kerasukan' blog.

Itu hanya contoh. Dengan lugas, Maknyak - panggilan sayang penghuni blogfam.com pada Labibah - juga memaparkan fakta di salah satu cerpen di buku itu, bahwa pelaku dunia maya sering memakai topeng untuk menutupi identitas aslinya, berperilaku layaknya orang sempurna, tapi sebetulnya memiliki nasib tragis di dunia nyata.

Masih ada beberapa contoh lain, yang dipaparkan Maknyak dalam cerpen-cerpen lain di buku itu, tentang sebab dan akibat dari keterlibatan di dunia maya, karena mengenakan 'topeng'.

Tapi Maknyak tidak hanya menyoroti fenomena dunia maya di buku itu. Dua cerpennya malah memaparkan realita di dunia nyata, tentang akibat pergaulan yang kebablasan dan soal tradisi, dan satunya lagi bercerita tentang 'taman'. Sengaja saya tidak memaparkan apa maksud 'taman' disini, karena interpretasi saya akan 'taman' yang ditulis Maknyak dalam cerpen yang tersaji sebagai repertoar ketujuh di buku itu bisa jadi akan berbeda dengan pembaca lain. Lebih baik, Anda baca sendiri.

Kalau menurut istilah saya, meski judul bukunya - yang juga merupakan judul cerpen repertoar pertama di buku - sangat berbau dunia maya, tapi tidak semua cerpen ditulis Maknyak saat komputernya connect dengan internet. Hanya lima cerpen saja yang ditulis Maknyak saat komputernya connect dengan internet, karena akar temanya ada di seputar dunia maya. Sementara tiga cerpen lainnya, ditulis saat komputernya tidak connect dengan internet. Entah karena tagihan membengkak sehingga connect internet untuk sementara diputus, atau karena sebab lain, saya tidak tahu, hehehehe.

Oh ya, satu cerpen yang menjadi favorit saya di buku itu berjudul Perempuan Pengusung Tradisi. Maknyak dengan tepat menggambarkan tradisi dimana dia - mungkin - dibesarkan. Tradisi yang - menurut kacamata saya - malah membelenggu dan membuat orang yang ada di dalamnya tertekan. Tradisi, yang sebetulnya berlawanan dengan situasi sosial yang berkembang, karena tradisi itu sangat mengkotak-kotakkan, membuat satu kelompok merasa jumawa dengan statusnya, sementara kelompok lain merasa tersisih. Selain itu, cerpen yang juga menjadi penutup buku ini saya sukai karena mengambil setting sebuah kampung bernama Pasar Kliwon di Solo, juga Jogja. Maklum, saya kan hidup di Solo.

Maknyak, ente orang Solo, ya? Pasar Kliwon? Sebelah mananya RS Kustati? Kalau dari perempatan Sangkrah jauh nggak? Bengkel sepeda motor langgananku ada di sebelah selatan perempatan Sangkrah, lho!

Oh ya, benang merah buku ini adalah perempuan. Tema yang diangkat dalam cerpen-cerpen di buku ini memang berkisar soal wanita, baik sebagai sebab maupun sebagai akibat. Dan Maknyak, sebagai wanita, meski - saya (agak) yakin - tidak mengalami semua yang dia paparkan dalam cerpennya, tapi dia mampu menggambarkannya dengan jelas dan terasa nyata apa yang dialami wanita yang menjadi tokoh dalam cerita.

Tapi itu wajar. Sebagai penulis, jurus pemaparan fakta atau cerita fiksi alias mendeskripsikan dengan jelas, rinci dan runtut, menurut saya, sudah keharusan. Tentu, agar pembaca tertarik dan terus tertarik untuk membaca tulisannya.

Yang juga saya sukai dari buku itu, karena mampu mematikan kesimpulan yang saya ambil ketika saya membaca tiap repertoar cerpen. Saat membaca sampai pertengahan cerita, dengan background cerita di bagian depan yang terasa menyenangkan, saya menyimpulkan jika ending cerita akan berakhir seperti ini. Tapi ternyata, kesimpulan saya salah, karena ending berakhir seperti itu. Bahkan jauh sekali dari kesimpulan saya. Jadi, saran saya, jika Anda membaca buku ini, baca saja sampai habis dan jangan mengambil kesimpulan dari cerpen yang Anda baca ketika baru sampai di pertengahan. Tapi kalau Anda nekat, ya terserah….

Sebagai tambahan, buku ini tidak wajib dibeli. Kalau diwajibkan untuk membeli, sementara Anda misalnya sedang tidak punya budget untuk membeli buku, saya takut nanti saya yang disalahkan karena sudah mewajibkan membeli buku ini.

Buku ini juga tidak wajib dibaca. Sebab kalau diwajibkan untuk membaca, sementara Anda misalnya lebih hobi membaca Playboy, atau membaca stensilan, saya takut Anda malah nanti mengalami tekanan batin ketika membaca Addicted to Weblog, meski ada sedikit 'bagian nakal' di buku ini, tapi tidak saru dan vulgar, karena itu menjadi bagian dari alur cerita.

Hanya saja, buku ini layak dibaca. Baik oleh para pelaku dunia maya maupun para pelaku dunia nyata. Buku ini juga layak dibeli. Tapi kalau Anda merasa buku ini tidak layak dibaca dan dibeli, ya itu terserah Anda. Saya tidak memaksa, kok. Pun demikian dengan Maknyak. Tapi kalau Anda merasa buku ini wajib dibaca dan wajib dibeli, tentu sangat diperbolehkan dan tidak dilarang.

Kebetulan saja saya dapat buku ini secara gratis dari blogfam.com … hehehehehe.

Oleh Irfan di weblognya
posted at 10:22 AM |